Selasa, 20 November 2012

Makalah Psikologi Perkembangan AUD 2


MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN AUD II
Tentang
Pengembangan Empati AUD di Sekolah

clip_image002

OLEH KELOMPOK 6:
Sari Rahayu Rahmadani (54423)
Nova Oktriyani (54412)
Ria Rusendi (54415)

REGULER MANDIRI 2010
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
PENGEMBANGAN EMPATI AUD DI SEKOLAH
A.  Hakikat Empati
Empati ialah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena empati, orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah – olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan – gerakan yang dilakukan orang lain. Disini ada situasi “feeling into a person or thing”.
Empati menurut beberapa ahli:
1.      Hurlock (1988), mengemukakan empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam keadaan psikologis orang lain dan untuk melihat suatu situasi dari sudut pandang orang lain.
2.      Prayoitno (1987), mengemukakan empati pada dasarnya mengerti dan dapat merasakan orang lain.
3.      Pratiwi, dkk (1997), mengemukakan empati adalah kemampuan anak untuk  merasakan kesulitan atau penderitaan orang lain termasuk kesanggupan memahami  perasaan atau keinginan orang lain.
4.      Monks, Knoers dan Haditono, makna empati pada dasarnya adalah mampu menempatkan posisi dalam bentuk respon yang ditujukan kepada suasana emosi dan terhadap fikiran oirang lain.
5.      Shapiro , Pratiwi, dkk (1997), mengemukakan 2 komponen empati: reaksi emosi kepada orang lain dan kemampuan menunjukkan reaksi kognitif kepada orang lain.

B.   Tahap – Tahap Perkembangan  Empati Anak
Potensi empati berkembang sejalan dengan peningkatan usia anak yang dimulai dari lingkungan. Bila kemampuan empati distimulasi dengan cara – cara yang sesuai akan berkembang dengan subur, sebaliknya bila tidak sesuai empati anak akan tumpul dan mandul. Bila empati anak distimulasi secara baik, semakin bertambah usia anak, maka semakin bertambah tajam pula empati mereka terhadap orang lain.
Tahap perkembangan empati:
1.      Pra sekolah
a.      Bayi baru lahir (0 tahun)
Bayi baru lahir sudah memperlihatkan empati pertama terhadap orang lain. Bayi akan menangis bila mendengar suara tangis. Bayi baru lahir merespon tangis bayi lain dengan menangis sendiri (datley dan jennkins, 1996). Tangis yang ditampilkan bayi saat mendengar tangis bayi saat mendengar tangis bayi lain merupakan respon empati dasar untuk perkembagan empati mereka lebih lanjut.
Perkembangan  empati anak tahap ini disebut empati global (hoffman, dalam Oatley and jenkins, 1996), ( shapiro, pratiwi, dkk. 1997)
b.      Usia 1 – 5 tahun
·            Pada tahun pertama anak sudah mulai menyadari kesusahan orang lain, namun mereka mereaksi sebagai kesusahan mereka sendiri.
·           Oatley dan Jenkins (1996), mengatakan selama tahun kedua kehidupan anak semakin tampak mereka membedakan antara dirinya dan orang lain.
·           Usia tiga sampai empat tahun (Curtis, 1998:40), anak menunjukkan perasaan empati dan mengerti terhadap anak lain dan orang dewasa. Anak usia ini memiliki empati yang tinggi terhadap teman sebaya.
 (Borke), menunjukkan bahwa anak usia tiga tahun dapat mengerti perasaan orang lain dan berbagai pandangan dengan orang lain.
·           (Borke), anak usia lima tahun dapat menunjukkan gambar orang dewasa dan anak dalam situasi yang sulit atau kesulitan.
(Curtis, 1998: 41)Perhatian menunjukkan bahwa anak menanggkap beberapa pandangan orang lain  yang mereka sukai dan tidak mereka sukai.
Perkembangan empati ini disebut perkembangan empati egosentris.(hoffman dalam oatley dan jenkins, 1996; Shapiro, 1997; Pratiwi, 1997 ).
2.      Sekolah
a.       Usia sekolah
Anak usia sekolah dasar idak mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain. mereka sudah mampu melihat kesedihan orang lain dan mampu berfikir dari sudut pandang orang lain. kemampuan anak memandang dari sudut orang lain sudah lebih berkembang dari usa sebelumnya.
Perkembangan empati anak tahap ini disebut empati kognitif. (hoffman dalam oatley dan jenkins, 1996; Shapiro, 1997; Pratiwi, 1997 ).


b.      Usia Sekolah Dasar/ kelas dasar dan Remaja
Semakin bertambah usia anak, mereka sampai kepada kemampuan untuk memperlihatkan empati terhadap semua orang baik, baik yang dikenal aupun tidak dikenal. Respon empati anak meningkat tajam ketika anak berusia sekolah dasar (Byan, Marcus, Tellen dan Roke dalam Berk, 1994).
Semua anak usia kelas dasar, remaja memiliki kemampuan perspektif taking yang memberi kesempatan kepada mereka memberikan suatu respon empatik tidak hanya terhadap kesusahan orang lain dengan segera, tapi juga terhadap kondisi umum kehidupan orang lain.
Perkembangan empati tahap ini disebut empati abstrak. (hoffman dalam oatley dan jenkins, 1996; Shapiro, 1997; Pratiwi, 1997 ).
C.   Usaha – Usaha Sekolah dalam Pengembangan Empati Anak
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab penting dalam mengembangkan empati anak. Sekolah dari tingkat paling rendah sampai tingkat paling tinggi harus berperan sebgai agen pengembangan empati anak yang patut diteladani oleh lembaga pendidikan yang lain.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan sekolah untuk pengembangan empati anak sebagai berikut:
1.      Sekolah memberikan kesempatan kepada anak untuk menunjukkan kepedulian kepada orang lain. Bentuk kepedulian anak distimulasi si sekolah adalah membantu orang lain yang mengalami kesulitan, membantu teman yang mengalami kesulitan, menjenguk teman sakitdan menghibur orang lain kemalangan.
2.      Menciptakan suasana emosional yang kondusif di sekolah, seperti suasana menghargai, menerima, menyanyi, memperlakukan anak dengan kasih sayang dan menghibur anak yang mengalami kesulitan.
3.       Sekolah mengembangkan kegiatan bermain peran untuk anak tentang tingkah laku sosial, seperti bermain peran untuk anak tentang tingkah laku sosial, seperti bermain sebagai dokter dan pekerja sosial.
4.      Sekolah secara khusus personil sekolah menyediakan model prilaku sosial yang positif. Misalnya: guru menyampaikan prilaku yang suka membantu orang lain, memperlakukan orang lain  didepan anak dengan kasih sayang dan lain – lain.
5.      Memberikan penguatan respon empati yang ditujukan anak kepada orang lain. Pemberian penguatan yang diberi akan cenderung diulangi anak, pada akhirnya menjadi tingkah laku anak sendiri. Misalnya: memberikan sentuhan tentang fisik, hadiah, menyampaikan kata – kata yang menyenangkan, memberi pujian.
6.      Sekolah menyediakan berbagai sarana atau media yang mendorong empati anak, seperti buku – buku, film – film sosial.
7.      Sekolah dapat mengadakan lomba mengarang yang bertemakan kasih sayang terhadap orang lain dan dengan kegiatan tersebut dapat mendorong anak memusatkan perhatian dan kasih sayang kepada orang lain.
8.      Bagi anak yang masih kecil dapat dilakukan dengan membaca cerita – cerita dan bercerita dengan anak dengan tema kasih sayang dan kemudian meminta anak bercerita yang bertema sosial.


DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B, (1988). Perkembangan AUD. Jakarta: Erlangga
Yetti Rivda, Dra, (2011). Psikologi Perkembangan AUD 2. FIP: UNP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar